Sejumlah pejabat AS mengatakan pada Kamis (2/2/2023) bahwa balon mata-mata China telah terbang di langit “Negeri Paman Sam” selama beberapa hari. Atas permintaan permintaan Presiden AS Joe Biden, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin dan pejabat tinggi militer sempat mempertimbangkan untuk menembak jatuh balon tersebut. Akan tetapi, keputusan itu urung dilakukan karena dianggap akan membahayakan terlalu banyak orang di daratan, sebagaimana dilansir AFP.

Seorang pejabat Kementerian Pertahanan AS mengatakan, balon tersebut terbang di atas wilayah barat laut AS yang terdapat pangkalan udara sensitif dan rudal strategis. “Jelas, maksud dari balon ini adalah untuk pengawasan, dan jalur penerbangan saat ini membawanya ke sejumlah situs sensitif,” kata pejabat tersebut yang enggan disebut namanya. Namun, Kementerian Pertahanan AS yang berkantor di Pentagon tidak yakin itu merupakan ancaman intelijen yang sangat berbahaya.
Reuters melaporkan, penggunaan balon untuk melakukan mata-mata dan misi militer lainnya adalah praktik lama yang sudah ada sejak berpuluh-puluh tahun lalu. Selama Perang Dunia II, militer Jepang mencoba mengirim bom pembakar ke wilayah AS menggunakan balon yang dirancang untuk terbang dalam aliran udara jet stream. Serangan tersebut tidak berhasil. Tak ada fasilitas militer yang rusak. Namun, beberapa warga sipil tewas ketika salah satu balon jatuh di hutan Oregon.
Tepat setelah Perang Dunia II, militer AS mulai mengeksplorasi penggunaan balon mata-mata di ketinggian, yang menghasilkan serangkaian misi skala besar yang disebut Proyek Genetrix. Proyek tersebut menerbangkan balon fotografi di atas wilayah blok Uni Soviet pada 1950-an, menurut dokumen pemerintah.
Operasional balon Balon tersebut biasanya beroperasi pada ketinggian 24.000 meter hingga 37.000 meter, jauh di atas jalur lalu lintas udara pesawat komersial yang hampir tidak pernah terbang lebih tinggi dari 12.000 meter. Pesawat tempur dengan performa tertinggi pun biasanya tidak beroperasi di atas 19.000 meter. Meski demikian, pesawat mata-mata seperti U-2 dapat terbang pada ketinggian 24.000 meter atau lebih. Balon memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan satelit untuk melakukan misi mata-mata, contohnya kemampuan untuk memindai petak wilayah yang luas dari jarak yang lebih dekat.
Kelebihan lain dari balon adalah dapat menghabiskan lebih banyak waktu di area target, menurut laporan Sekolah Staf dan Komando Udara Angkatan Udara AS pada 2009. Tidak seperti satelit, yang membutuhkan peluncur luar angkasa yang menelan biaya ratusan juta dollar AS, balon dapat diterbangkan dengan biaya yang murah.
Akan tetapi, balon tidak bisa dikemudikan secara langsung. Balon hanya dapat dipandu secara kasar ke area target dengan mengubah ketinggian untuk memanfaatkan aliran udara yang berbeda. Dalam beberapa tahun terakhir, militer AS telah melacak beberapa balon mata-mata, termasuk sebelum pemerintahan Biden.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.