*Apa yang Terjadi pada Seseorang Saat Koma?

Seseorang yang mengalami kecelakaan parah melibatkan otak dapat menyebabkannya hilang kesadaran atau koma. Pasien koma mungkin akan terlihat seperti orang yang tidur nyenyak. Padahal, kondisi ini jauh lebih serius dari itu. Dikutip dari situs Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS), koma adalah keadaan saat seseorang tidak sadar, tidak responsif, dan tidak dapat dibangunkan. Koma dapat terjadi akibat cedera pada otak, seperti cedera kepala parah atau stroke. Selain itu juga bisa disebabkan oleh keracunan alkohol yang parah atau infeksi otak. Orang yang mengalami koma sebenarnya masih hidup. Namun, ia tidak memiliki kemampuan untuk bangun dan otaknya hanya sanggup beraktivitas sangat sedikit. Seiring waktu, umumnya pasien koma akan pelan-pelan mulai sadar dan bangun kembali dalam waktu beberapa minggu.

Penyebab koma Medical News Today melaporkan, penyebab koma bervariasi. Namun, semuanya melibatkan cedera pada otak atau sistem saraf pusat (SSP). Penyebab koma antara lain: Diabetes Kadar gula darah penderita diabetes kadang-kadang bisa naik atau turun terlalu banyak. Jika keadaan ini terjadi terlalu lama dapat menimbulkan koma. Hipoksia atau kekurangan oksigen Suplai oksigen ke otak berkurang atau terputus, misalnya karena serangan jantung, stroke, atau hampir tenggelam. Akibatnya, aktivitas otak akan berkurang dan jatuh dalam kondisi koma. Infeksi Peradangan parah pada SSP yang disebut ensefalitis atau jaringan otak yang dikenal sebagai meningitis dapat menyebabkan koma. Racun dan overdosis obat Paparan karbon monoksida dapat menyebabkan kerusakan otak dan koma. Kondisi serupa dialami orang yang overdosis obat. Cedera otak traumatis Kecelakaan lalu lintas, cedera saat olahraga, dan kekerasan yang melibatkan pukulan di kepala dapat menyebabkan koma.

Seperti mimpi Menurut Traditions Health, kondisi koma terjadi ketika seseorang memiliki sedikit aktivitas di otaknya. Pasien koma tidak dapat menanggapi sentuhan, suara, dan rangsangan lainnya. Mereka tidak bisa berkomunikasi dengan cara apa pun. Untuk menentukan seseorang dalam keadaan koma, dokter menggunakan The Glasgow Coma Scale atau Skala Koma Glasgow. Skala Koma Glasgow adalah skala dari 3 sampai 15 yang digunakan untuk menilai kesadaran seseorang dalam tiga kategori berbeda, yaitu respons membuka mata, respons verbal, dan respons motorik. Semakin rendah skornya, semakin tidak sadar pasien itu. Artinya, skor 15 dimiliki orang yang benar-benar sadar, sedangkan skor 3-8 menunjukkan pasien koma.

Pasien yang matanya terbuka dan mampu berkedip akan mendapatkan skor respons membuka mata maksimal, yaitu 4. Skor 3 untuk mereka yang hanya bereaksi terhadap rangsangan dan skor 2 menunjukkan mata yang merespons rasa sakit. Skor 1 menunjukkan tidak ada reaksi sama sekali pada mata. Respons verbal memiliki skor penilaian dari 5 untuk orang yang ucapannya memiliki arti sampai 1 yang ditujukan jika tidak ada respons. Skor 2-4 menunjukkan pasien memberikan respons verbal dengan bingung, tidak tepat, atau tidak dapat dipahami. Skor respons motorik berkisar dari 1-6 untuk menguji respons pasien terhadap rasa sakit dan rangsangan fisik lainnya.

Dilansir dari Philly Voice, tubuh orang koma masih berfungsi secara normal meskipun ia tidak bereaksi pada rangsangan. Meski begitu, orang koma mungkin saja masih bisa mendengar apa yang terjadi di sekitar mereka. Otak mereka mungkin masih bisa menangkap suara dari orang lain, terutama yang dicintai. Beberapa pasien koma mengalami peningkatan aktivitas otak saat dibacakan atau diajak menonton televisi. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa berbicara dan dipegang orang yang dicintai dapat membantu mereka pulih. Orang yang koma bahkan bisa menangis, tertawa, atau menunjukkan gerakan spontan lain meskipun tidak sadar akan lingkungan sekitarnya.

Perawatan pasien koma Koma adalah kondisi darurat dalam dunia medis. Saat ada pasien yang mengalami koma, pihak dokter akan menjaga saluran pernapasan dan sirkulasi darah untuk memaksimalkan jumlah oksigen yang mencapai otak. Beberapa pengobatan mungkin diberikan bagi pasien koma, yaitu Glukosa bagi penderita diabetes atau mengalami infeksi otak. Obat nalokson (Narcan) untuk pasien koma akibat keracunan parah. Vitamin B1 bagi orang yang memiliki gangguan penggunaan alkohol. Selain itu, dokter juga mungkin perlu meredakan tekanan di dalam tengkorak dengan mengeringkan cairan serebrospinal (CSF) berlebihan yang menyelimuti otak atau meresepkan obat untuk mengurangi pembengkakan otak, seperti manitol dan saline hipertonik.

Cara merawat orang koma Menurut Kids Health, seseorang yang koma biasanya perlu dirawat di unit perawatan intensif (ICU) rumah sakit. Di sana, dokter, perawat, dan staf rumah sakit akan memastikan orang tersebut mendapatkan cairan, nutrisi, dan obat yang diperlukan untuk menjaga tubuh tetap sehat. Zat-zat itu dimasukkan dengan tabung plastik kecil ke dalam pembuluh darah atau melalui selang makanan ke perut. Orang koma biasanya akan menggunakan alat bantu napas atau ventilator untuk memompa udara ke paru-paru.

Tenaga kesehatan juga akan melakukan tindakan untuk mencegah luka baring di tubuh pasien yang timbul karena terlalu lama berbaring di satu tempat tanpa bergerak sama sekali. Pasien biasanya akan terbangun dari koma setelah beberapa minggu. Namun, ada juga yang butuh waktu bertahun-tahun. Orang yang bangun dari koma bisa kembali hidup normal. Awalnya, mereka mungkin akan bingung dan butuh waktu beradaptasi. Sayangnya, kondisi ini tetap tergantung penyebab dan keadaan otak pasien. Agar bisa kembali beraktivitas normal, orang yang baru sadar dari koma akan menjalani berbagai terapi. Ini berupa terapi fisik, bicara, atau mengingat yang dilakukan untuk mempelajari kembali hal-hal dasar sehari-hari.